HIMAS:INVESTASI PEMIKIRAN ATAU INVESTASI PEMBANGUNAN FISIK
(RELEVANSI HUBUNGAN HIMAS DAN ALUMNI)


Oleh : Minhadzul Abidin


Dalam kongres 2 yang dilaksanakan di GOR Sapeken sempat terjadi perdebatan antara HIMAS bergerak dalam ranah pemikiran atau sumbangan ide terhadap perkembangan masyarakat kepulauan atau HIMAS dalam gerakannya menyediakan fasilitas dalam bentuk fisik untuk mendukung kegiatan masyarakat kepulauan seperti pembangunan taman bacaan masyarakat untuk mendukung kualitas pendidikan masyarakat kepulauan yang terbelakang. Salah satu satu yang menjadi pertimbangan pembanguan fisik ini adalah kondisi masyarakat bahwa masyarakat itu visual, hanya melihat bentuk konkrit atau dalam bentuk fisik atau materi dan baru mengakui eksistensi HIMAS sebagai gerakan perubahan.

Senada dengan perdebatan tersebut mungkin kita bisa komparatifkan dengan ide Soe Hok Gie dalam memaknai gerakan mahasiswa dalam perhelatan kancah politik, menurut Gie ada dua gerakan mahasiswa dalam politik,pertama moral force, gerakan-gerakan mahasiswa dalam meruntuhkan rezim hanya sebatas kesadaran dan tanggung jawab moral sebagai agen perubahan, kemudian setelah perubahan itu tercapai kemudian mahasiswa kembali ke kampus dan melanjutkan studinya tanpa ada kepentingan dan bergening position dari pihak manapun dan gerakannya murni untuk kemaslahatan dan kepentingan rakyat, Gie menvisualisasikannya dengan film cow boy, tokoh-tokoh protagonis dalam hal ini cow boy setelah meberantas kejahatan kemudian mereka balik lagi ke peternakan sapi untuk mengurus sapi-sapinya,kedua gerakan politik force, gerakan mahsiswa ini sering terjadi, elit-elit mahasiswa yang memilih gerakan ini berasalan bahwa setelah sebuah rezim hancur mahasiswa harus bisa ikut andil dalam perubahan itu untuk mejaga dan mengawasi perubahan itu karena kalau mahasiswa hanya berteriak dijalan (demonstrasi) dalam menyuarakan asiprasi rakyat, tanpa masuk dalam pemegang kebijakan baik itu eksekutif dan legislatif tidak akan efektif dan hanya dianggap sebagai sampah jalanan, atas dasar itulah mahasiswa melakukan gerakan yang kedua.

Mungkin dua gerakan mahasiswa yang disodorkan diatas kalau kita mengaitkanya dengan gerakan HIMAS harus terlepas dari masalah idealisme dan oportunis yang lazim digunakan untuk menganalisis teori-teori Gie, tetapi perbincangan kita adalah begerak dalam wacana normatif dengan berdasarkan pertimbangan agent of change atau direct of change, maksudnya kalau kita bergerak dalam investasi pemikiran, HIMAS bisa dikategorikan sebagai agent of change,yang menyumbangkan ide dan menghantarkan perubahan dan kemudian kembali ke kampus karena mengingat status HIMAS organisasi Mahasiswa yang hanya berkumpul setiap tahun. Pembanguan fisik memerlukan biaya atau pendanaan yang besar dan menjadi pertanyan sanggupkah HIMAS melaksanakan hal tersebut dengan status sebagai organisasi Mahasiswa, kalau HIMAS bergerak dalam tataran Investasi pembangunan Fisik masuk dalam direct of change yang memunculkan ide, melaksanakan dan mengawasi program-program HIMAS, dul hal tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, sehingga perlu solusi alternatif dalam masalah tesebut.

Alumni HIMAS lah solusinya, Investasi pemikiran dikerjakan oleh HIMAS dan Sebagai yang melaksankan dan mengawasinya adalah alumni sehingga dua hal tersebut bisa dilaksanakan dengan satu tujuan dan komitmen kita bersama. semoga :

1 komentar:

RUANG KEBEBASAN BEREKSPRESI..

KATAKAN TIDAK UNTUK KEKERASAN DALAM AGAMA DAN JUSTIFIKASI PEMBENARAN AGAMA