SEHARUSNYA HIMAS TIDAK BERASASKAN ISLAM
(belajar dari Nilai Dasar Perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam/NDP HMI)


Oleh : Minhadzul Abidin

Diarena kongres 2 HImpunan Mahasiswa se-Kecamatan Sapeken (HIMAS) sempat terjadi pedebatan tentang asas HIMAS, tetapi pedebatan tersebut hanya sebatas eufoia sesaat (pemanis) perdebatan asas meupakan hal yang sangat penting (urgen) karena asas adalah ruh perjuangan sebuah organisasi yang akan menjadi landasan untuk bergerak, ibaratnya membangun tubuh tanpa ruh seperi mayat hidup tetapi, HIMAS pada saat itu berada dalam kondisi yang super dilematis, sehingga peserta kongres mulai mencari win-win solution yang abstrak dan tidak tersistematis sehingga terkesan dipaksakan, dilema itu muncul sesaat sebelum kongres dimulai sudah ada pesan khusus (special message) yang berisi tiga dekrit atau tuntutan bisa dikatakan sebagai Fatwa yang harus dilakukan oleh HIMAS untuk diterima di kepulauan sapeken dan tidak disubyektifkan sebagai gerakan yang sesat dan tidak sesuai dengan nilai-nilai islam. tuntutan itu yang petama HIMAS harus bersaskan Islam, yang kedua HIMAS diganti namanya menjadi HIMAIS (Himpunan Mahasiswa Islam Sapeken), yang ketiga Ketua umum HIMAS harus menetap disapeken meskipun dia bukan Sapeken asli.

masalah ketiga tuntutan itu sebenanya yang paling substansi adalah yang petama karena bukan hanya sebatas asas untuk HIMAS melainkan Islam adalah comprehensive way of life berisi petunjuk untuk keselamatan dunia akhirat, apa yang menjadi masalah tuntutan yang pertama tersebut, apakah HIMAS menolak? tentu tidak!, karena islam adalah hukum atau kaidah yang paling tinggi diantara hukum manapun -meminjam istilah Saudara-saudara kita di HTI Hukum buatan manusia-, tetapi yang kita lihat disini adalah Islam sebagai nilai atau noma bukan sebatas agama, nilai islam sebagai agama rahmatan lil alamin, islam yang universal bukan berdasarkan keyakinan tok!, bukan hanya sebatas Islam adalah agama kalau kita tidak bepegang teguh kita adalah umuat durhaka dan berdosa, tetapi yang lebih penting adalah pesan dalam memahami Hukum Islam tersebut (Maqasidh Al-Sayari'ah) jadi penerapan Hukum Islam menuut Abd. Moqsith Ghazali Hukum, Islam harus memanusiakan manusia, kaena itu sebelum hukum dilaksanakan sesuai tidak dengan kebutuhan manusia, senada dengan Alm. Nurcholish Madjid penerapan hukum itu harus Antroposentris (kemanusiaan) bukan hanya sebatas teosentris (Ketuhanan) atau pembelaan terhadap Tuhan belaka.

jadi inilah yang menjadi bahasan dalam tulisan ini jadi Islam yang penulis bahas disini mencoba mengejawantahkan antara nilai-nilai moral dengan hakekat kemanusian dalam perkembangan organisasi karena itu adalah bagian paradigma yang menjadi ruh dalam oganisasi yang utuh, maksudnya ketika tercipta ketahanan moral dan pofesionalitas kemanusian sehingga tidak ada lagi pelanggaran dan tindakan yang inkonstitusional lainnya, melanggar berarti meruntuhkan dasar kemanusian yang ada dalam diri masing-masing manusia tersebut. kita tidak menginginkan Asas Islam hanya dipejual belikan oleh sebagian partai yang didalamya penuh kebusukan seperti korupsi dan praktek Suap lainnya (lihat kasus Al-amin Nasuiton Anggota DPR dari PPP yang besaskan Islam dan berlambang ka'bah), kita mengaku berasaskan islam tetapi kita tidak pernah tahu jadwal sholat hanya karena keasyikan main playstation, kita mengetahui pedoman hidup kita Islam tetapi dengan mudahnya kita memasukkan pasangan yang belum syah (cewek) ke kamar kost kita bahkan sampai behari-hari, apakah ini yang dinamakan umat Islam penerus Nabi Muhammad SAW.

Senada dengan Hal tesebut pedebatan asas di HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) sudah sejak lama bahkan menimbulkan pepecahan dengan tebentuknya dua kubu yang sampai sekarang belum bisa ishlah yaitu, HMI DIPO dan HMI MPO, tetap kita tidak akan membahas wacana pepecahan ditubuh oganisasi mahasiswa yan paling tua atas pakarsa lafran pane yang berdrii di jogjakata 5 Febuari 1947 itu, karena tidak ada hubungannya dengan HIMAS dan tulisan kita ini, tetapi yang menarik adalah HMI mempunyai Nilai Dasar Pejuangan (NDP) yang disusun oleh mantan ketua Umum PB HMI alm. Nucholish Madjid, yang tertarik kaena melihat Islam yang sebenanya sepeti apa, dan inspirasinya muncul setelah lawatan ke beberapa Negara Timu tengah dan Amerika setelah melihat keberagaman dan multitafsir terhadap islam itu sendiri, beliau mendeskispsikan bahwa ditimur tengah kajian islam atau tafsir keislamannya sangat kaku dan tidak sesuai dengan kondisi kekinian karena ketidak kebebasan berekspresi dan cenderung kalah dengan intelektual-intelektual Indonesia yang sudah mengkomparatifkan Islam dengan modenitas, ilam dengan kebebasan dan ilam dengan sosialis, dan hasil kajian islam Cak-Nur dengan klompok limited group sepeti alm. Ahmad wahib, Mukti ali, Dawam Rahadjo, Djohan effendie dll. disitulah beliau mencoba menyusun NDP yang semula cak-nur memberikan nama Nilai identitas Islam, tetapi Nilai identitas Islam cenderung memonopoli Islam kaena islam adalah multi tafsir, kemudian disepakatilah NDP yang menjadi ujukan dan pemahaman bagaimana sehausnya HMI begeak sebenarnya NDP tersebut tesusun dalam delapan Bab yang intinya menegaskan nilai-nilai ketauhidan, keimanan (keyakinan), dan penghargaan nilai-nilai kemanusiaan (nilai-nilai universal keadilan, persamaan dan kesederajatan) sebagai individu dan sosial, merupakan jati diri HMI. dan lebih ringkasnya Cak-Nur mengaskan bahwa tugas umat islam didunia cukup sedehana yaitu beriman, beilmu dan beramal shaleh.

Ketuhahanan yang universal dan ketuhan yang kemanusiaan itu yang paling menarik karena itu adalah bagian dari asas yang kita bicarakan diatas, dalam berorganisasi apalagi yang bersaskan islam perlu dipertegas keyakinan kita sepeti apa, kaena keyakinan yang menurut Ahmad Wahib dalam buku pergolakan pemikiran Islam semakin kita mengetahui poses keyakinan itu semakin kita juga akan merasa dekat dengan Tuhan, dan untuk mencari keyakinan sejatinya lanjut wahib adalah adalah proses renungan akal, karena Tuhan tidak akan marah jika akal yang Dia ciptakan memikirkan tentang Ke-Esaan-Nya, dan menurut Imam Al-Ghazali batasan pemikiran hanya pada Wilayah Sifat bukan Zat Tuhan Sebenarnya (takhafut al-Falasifa) Imam Ghazali adalah tokoh filsasat yang banyak mengkitik tentang para filsof yang selalu bepiki tentang wujud, awal dan pemulaan, seta zat Tuhan, kemudian dibantah oleh Ibnu rusyd (takhafut at-tahkafut) bahwa Tuhan adalah (Al-Haq-Al-awwal) filsafat dan agama sama-sama mencari kebenaran (Al-Haq) jadi wajar jika Filsof berbicara tentang kebenaran wujud Tuhan, tetapi esensi dari perdebatan itu adalah poses ketauhidan tidak hanya dibatasi oleh keyakinan saja, karena bisa jadi keyakinan kita adalah karena keturunan coba kita dilahirkan sebagai anak dari pangeran Charles apakah mungkin kita dilahirkan sebagai umat islam yang rajin sholat.

Sebenarnya pesan dari ketuhanan dalam NDP tersebut sangat mulia maksudnya adalah dalam diri kita harus memiliki dasar keyakinan (theis) bukan atheis karena melanggar substansi dari proses kemanusiaan kita, senada dengan itu di buku ESQ Ary Ginanjar Agustian menjelaskan tentang betapa pentingnya semangat spiritual dalam kehidupan sosial, dengan Ihsan (Allah selalu melihat Pebuatan kita) jadi dalam poses sosial kita tidak akan betidak yang dilarang dan dimurkai Allah karena Allah selalu melihat kita, karena menurut saudara Edi Susanto (Ketua Presidium HIMAS 2005-2007) ibadah dan keyakinan adalah harga mati dimana Allah bejanji akan dibukanya pintu ahmat bagi orang yang mendekat kepada-Nya Dan yang terakhir pesan mulia dari NDP adalah Bahwa Islam harus mengakkan keadilan membela kaum tertindas kaum mustd’afin.

Demikianlah pelajaran dari NDP yang mungkin coba kita renungkan apakah HIMAS yang besaskan Islam sudah menjadi islam yang sesuai dengan tuntutunan Syari’ah, atau kita tidak berasaskan Islam tetapi hidup hamonis dalam suasana dan semangat nilai-nilai Islam itu sendiri. Sebuah tantangan bagi alumni atau anggota HIMAS yang bisa menjelaskan dan membeikan gambaran tentang Islam yang sesuai dengan HIMAS (baca:tafsir) yang menjadi rujukan dan pedoman yang bisa diterima disemua lapisan anggota HIMAS. Wallahu’alam bish-shawab..:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RUANG KEBEBASAN BEREKSPRESI..

KATAKAN TIDAK UNTUK KEKERASAN DALAM AGAMA DAN JUSTIFIKASI PEMBENARAN AGAMA