EKONOMI SAPEKEN
DIANTARA MUSIM BARAT, KEYNESIAN DAN MA SUREBE

Oleh : Minhadzul Abidin


PENDAHULUAN

Musim barat di Kecamatan Sapeken yang biasa disebut sebagai musim penceklik, yang ditandai dengan angin dan gelombang tinggi membuat perahu dan kapal harus karam di Pelabuhan sampai waktu yang lama, pada musim barat tersebut tersebut roda dan gairah perekonomian masyarakat lemah, karena tingkat pendapatan yang menurun, daya beli rendah dan implikasi pada semua sektor kehidupan masyarakat. salah satu yang terkena dampaknya adalah Pedagang, ditengah permintaan (demand) yang semakin menurun dan daya beli masyarakat rendah, Pedagang akan mengalami kerugian yang sangat signifikan, karena pada saat itu Pedagang akan menjual barang dengan harga murah atau memberikan hutang kepada konsumen dan arus perputaran modal akan mengalami hambatan yang besar. Penurunan daya beli masyarakat disebabkan karena sumber mata pencaharian terbesar masyarakat yaitu Nelayan mengalami hambatan (weakness)karena Nelayan tidak berani melaut Dan pada situasi inilah deflasi semakin meningkat dimana jumlah barang melebihi jumlah uang yang beredar.

KLASIK VS KEYNESIAN
Kalau kita berbicara ekonomi makro, masa musim barat ini disebut sebagai stagflasi dimana permintaan agregat menurun dengan tingkat deflasi yang tinggi, dan untuk menganalisis permasalahan tersebut dari dulunya pertentangan madzhab klasik dan Keynesian menjadi sebuah analis khusus untuk mencari benang merah dalam mengatasi permasalahan tersebut.
Madzhab klasik yang dipelopori oleh Adam Smith (1776) yang terkenal dengan konsep laissez Faire yaitu suatu konsep atau teori ekonomi yang berdasarkan pada keyakinan bahwa pasar dan sektor swasta dapat berjalan sendiri tanpa campur tangan Negara dan permasalahan ekonomi tersebut diserahkan kepada mekanisme pasar serta proses alamiah pasar yang akan mengaturnya (invisible hand). Tetapi menurut John Maynard Keynes (1936) yang pemikiran dan filsafatnya dikenal sebagai Keynesianiasme dan orang-orang yang setuju dan sering mengadopsi pemikirannya disebut Keynesian. Pendirian IMF (international monetary found) dan World Bank merupakan ide konkrit dari teori-teori ekonomi Keynesian, menurut Keynes yang terkenal lewat buku fenomenalnya The General Theory of Employment, Interest, and Money
(1936), pada prinsipnya untuk mendukung daya beli masyarakat kembali dengan meningkatkan pemintaan agregat dan menambah jumlah uang yang beredar di masyarakat dan disinilah campur tangan pemerintah untuk mengkondisikan pasar, Jika pemerintah meningkatkan pengeluarannya, uang yang beredar di masyarakat akan bertambah sehingga masyarakat akan terdorong untuk berbelanja dan meningkatkan permintaannya (sehingga permintaan agregat bertambah). Selain itu, tabungan juga akan meningkat sehingga dapat digunakan sebagai modal investasi, dan kondisi perekonomian akan kembali ke tingkat normal dan full employment.

Secara prinsipnya untukmengatasi kondisi perekonomian masyarakat kecamatan sapeken pada musim barat ini, Madzhab klasik lebih memilih diam dan diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar dan dipasarlah permsalahan ekonomi akan kembali pada titik keseimbangan. Dan menurut Keynesian perlu pihak ketiga yang mendorong jumlah uang beredar dimasyarakat untuk meningkat permintaan dan daya beli masyarakat.

MA SUREBE (Who She?)
Mungkin banyak yang tidak mengetahui sosok Ma Surebe karena memang dia bukan Super Star, Ma surebe begitu beliau biasa dipanggil, sosok pekerja keras dan sangat oppourtunis, Ma surebe merupakan tokoh pendatang baru dalam dinamisasi kehidupan perekonomian masyarakat kecamatan sapeken, mulai terdengar kiprahnya dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini, dikenal memilki perangai keras dan sangat kontroversial.

Tidak ada yang istimewa dalam diri Ma Surebe kecuali suaranya yang melengking pada waktu menagih hutang, hanya seorang pebisnis lokal tetapi menurut sebagian orang Ma Surebe adalah first lady karena Dia bisa membantah tradisi lokal yang patriarki terutama dalam genderalisasi ekonomi, dan hampir sebagian orang menyebutnya wanita terkaya pertama di Kecamatan Sapeken , penulis juga tidak tahu dan tidak melakukan riset khusus untuk mendata harta kekayaan Ma Surebe.

Berbeda dengan Pengusaha ikan atau pedagang di Kecamatan Sapeken yang harta kekayaan pribadi dan modal usaha masih menimbulkan pertanyaan, terutama kalau dikaitkan dengan budaya bisnis di suku bajo yang lebih memilih unsur gensi dari pada perluasan usaha, sehingga dengan keuntungan yang relatif sedikit tetapi tingkat konsumerisme (daya belanja) yang tinggi, sehingga modal pun ikut raib dan kelilit hutang menjadi substansi yang tidak bisa terelakkan.

Ma Surebe membangun usaha dengan modal sendiri dan sedikit memanfaatkan kelemahan orang lain, terutama di musim barat seperti ini, dimana tingkat pendapatan masyarakat menurun dan tidak adanya lapangan kerja, karena orientasi usaha sebagian masyarakat kecamatan sapeken adalah nelayan tidak ada pekerjaan sampingan (side job) yang tidak berhubungan dengan laut. Jadilah sebagian masyarakat untuk menutupi kekurangan dan mencoba bertahan hidup sampai menjelang musim barat berakhir, Ma Surebe adalah jawabannya, seperti malaikat penolong bagi jiwa-jiwa yang rapuh, tentunya dengan syarat pinjaman yang begitu ketat, seperti sertifikat tanah atau barang-barang berharga lainnya. Disinilah kejeniusan dan opportunistic ala Ma Surebe memainkan peranannya dengan baik,sehingga pundi-pundi kekayaannya akan bertambah apalagi waktu musim penceklik seperti ini.

MA SUREBE SEORANG KEYNESIAN

Dalam teori Madzhab Keynesian dijelaskan tentang perlunya orang ketiga untuk mendorong jumlah permintaan untuk meningkatkan daya beli masyarakat dengan menambah jumlah uang beredar ditengah deflasi karena musim barat seperti ini, Hal tersebut diimani dan diamini oleh Ma Surebe beserta penganut keynesian lain dalam wadah "TUKANG KREDIT",yakni memberikan pinjaman untuk mendukung konsumsi rumah tangga,karena konsumsi rumah tangga merupakan elemen penting dalam mempercepat arus perputaran uang, otomatis dengan bunga yang relatif besar, saya tidak akan membahas perdebatan tentang bunganya, karena konsep Keynesian tentang keuntungan dari proses pembiyaan (pinjaman) pasti berbicara bunga.

Ma Surebe dan Penganut Keyenesian lainnya yang merupakan orang-orang yang tersenyum pada musim barat, meskipun senyuman itu bukan berarto senyum diatas luka orang lain, tetapi pada prinsipnya dari tangan-tangan Keynesian inilah sehingga ekonomi di kecamatan Sapeken yang pasti terpuruk kalau di Musim Barat mulai berjalan dengan normal kembali, karena tingkat daya beli masyarakat mulai bergairah, meskipun tidak seperti sebelumnya. Uang berputar dengan baik dan keuntungan bagi semua pihak. Pertama keuntungan bagi Pedagang mencegah terjadinya kebangkrutan dan arus modal berjalan lancar. Kedua, Pengusaha ikan karena keuangan Pedagang yang relatif membaik dan untuk menambah suply barang di toko terhambat karena ketiadaan kapal perintis, mulai membantu pengusaha ikan dengan meminjamkan modal (tidak lancar) untuk membantu biaya-biaya produksi yang harus ditanggung pengusaha ikan karena sedikit pasokan Ikan ke tauke di Bali dan Banyuwangi
, nantinya setelah musim barat berakhir skenarionya seperti ini, tauke pengusaha ikan yang akan membayar utang ke tauke pedagang setelah dengan jumlah yang lebih besar karena pedagang mendapat hasil dari modal yang dipinjamkannya, keuntungan yang diperoleh Pedagang bisa dua kali lipat yaitu hutang jadi lunas dan barang di toko juga bertambah,

Ketiga bagi Mahasiswa (kaum terdidik) yang bahagia setelah merana karena uang kiriman tidak kunjung datang, yang tadinya pusing memikirkan biaya( KRS semester genap, kost, makan, foto copy, Shopping, rental komputer,warnet, PS, dan traktir pacar dll) dan yang paling tragis adalah kalau sampai terjadinya 'malapetaka' senin kamis, bukan puasa senin kamis tetapi makan senin kamis yang menjadi agenda tahunan dalam menghadapi musim barat karena keterlambatan kiriman

PENUTUP
Secara garis besar praktek Keynesian adalah praktek merugikan bagi masyarakat di kecamatan sapeken, menyelesaikan masalah dengan masalah baru, budaya hutang dan konsumerisme tinggi adalah awal kehancuran dalam ekonomi, karena masyarakat semakin terjebak dalam prinsip ekonomi kapitalis yaitu kebutuhan yang tidak terbatas sedangkan alat pemenuhan kebutuhan terbatas, menjadikan manusia hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan semata, kita harus kembali dalam sistem islam (comprehensive way of life) dimana sering dijelaskan tentang adanya upaya berjaga-jaga dengan menabung (saving), hidup sederhana, semangat persaudaraan (brotherhood),tidak pernah putus asa mencari nikmat Allah yang lain (side job) nikmat Allah maha luas tidak hanya dilaut sehingga dengan prinsip tersebut di musim apapun kita tetap bisa bertahan (survive)... ya minimal uang kiriman mahasiswa tidak terlambat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RUANG KEBEBASAN BEREKSPRESI..

KATAKAN TIDAK UNTUK KEKERASAN DALAM AGAMA DAN JUSTIFIKASI PEMBENARAN AGAMA